Sabtu, 22 Oktober 2022

Koneksi Antar Materi – Modul 3.1

Koneksi Antar Materi – Modul 3.1

(Rangkuman Proses Perjalanan Pembelajaran hingga Modul 3.1) 

Oleh: Tirto Wiyono, S.Pd.

CGP Angkatan 5 Kabupaten Sumenep

 

Salam dan bahagia!

Pada tulisan kali ini saya akan memaparkan rangkuman proses perjalanan pembelajaran CGP 5 dalam mempelajari materi modul dari modul 1.1 hingga modul 3.1 beserta koneksi antar materi tersebut.

Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Apabila triloka tersebut kita kaitlan dengan pengambilan keputusan, seorang pemimpin maka pemimpin  harus mampu mengambil keputusan yang tepat, arif, bijaksana, dan berpihak kepada muridnya. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya atau bawahannya. Seorang pemimpin harus mampu membangun semangat serta mampu memberikan motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya (murid) untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya.

Sebagai pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinan tentu kita akan selalu dihadapkan pada masalah. Dan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi baik yang terkait dengan bujukan moral maupun dilema etikta, kita harus bisa mengambilkeputusan dengan tepat. Pengambilan keputusan yang tepat tentu harus berbasis pada nilai-nilai kebajikan. Maka maka nilai-nilai kebajikan itu harus sudah tertanam dalam diri seorang pemimpin bedasar 3 prinsip. 3 prinsip penyelesaian dilema antara lain:  Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Maka pada pengambilan keputusan dilema etika seorang pemimpin bisa menentukan pilihan dari 3 prinsip tersebut.

Pada pembelajaran di LMS CGP banyak belajar belajar contoh-contoh penerapan coaching dalam pengambilan keputusan. Pada sesi Ruang Kolaborasi CGP dibimbing oleh Fasilitator malakukan praktik pengambilan keputusan yang diambil dari kasus-kasus nyata di sekolah masing-masing CGP. Yang CGP dapatkan baik melalui LMS maupun diskusi bersama CGP lain dan Faliltator di Ruang Kolaborasi adalah pentingnya menerapkap 4 Paradigma, 3 Prinsip dan 9 langkah pengujian.

Dalam pengambilan suatu keputusan, seorang pemimpin pembelajaran atau pendidik harus memiliki kompetensi sosial emosional yang baik. Kemampuan seorang pendidik dalam mengelola dan menyadari sosial emosionalnya tentu sangat berpengarauh terhadap proseses pengambilan keputusan dan hasil dari keputusan tersebu, apakah sudah tepat atau belum.

Kita sebagai pendidik tentu akan sering dihadapakan pada situasi dilema etika atau bujukan moral. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan banyak contoh kasus yang biasa terjadi dan mungkin pernah dialami oleh sebagian dari kita sebagai pendidik. Hal ini akan memberikan rambu-rambu dan pedoman agar pendidik dapat bertindak secara bijaksana melalui 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah pengujian sehingga dalam keputusan yabg kita ambil benar-benar kita yakini kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pengambilan keputusan yang tepat harus memberikan  dampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Tapi juga sebaliknya, apa bila pengambilan keputusan tidak tepat maka akan berdampak buruk pada lingkungan lingkungan dan seluruh warga sekolah.

Wawancara dengan Ibu Dwi Yanti Yusa F, S.Pd. terkait praktik pegambilan keputusan oleh Kepala Sekolah.

Dalam pengambilan keputusan memanglah tidak mudah. Banyak tantangan yang akan kita hadapi, misalnya perbedaan sudut pandang terhadap suatu masalah, perbedaan latar belakang pendidikan antar warga sekolah, perbedaan watak dan karakter, kebiasaan-kebiasaan yang keliru namun sudah membudaya. Hal tersebut merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan yang perlu kita selesaikan.

Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya dalam pengambilan keputusan akan sangat berdampak pada pengajaran yang diberikan kepada murid. Pembelajaran yang kita laksanakan harus perpihak pada murid dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar murid. Maka pembelajaran berdiferensisasi merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar murid sehingga murid dapat mengembangkan potensi diri berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki. Maka sebelum melakukan  pembelajaran kita perlu melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar murid kita terlebih dahulu.

Pembelajaran berdiferesiasi dan pembelajaran sosial-emosional akan mengarahkan murid kita belajar sesuai potensi yang dimiliki. Belajar menyenangkan dan bermakna membuat murid menjadi bahagia. Apa yang ia dapatkan dalam belajar akan dibawa dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kebermaknaan belajar tersebut akan terus berlangsung dan akan berpengaruh terhadap kehidupan dan masa depannya.

Kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan seorang pemimpin sangat erat dengan ajaran tiga semboyan Ki Hadjar Dewantara. Segala keputusan yang kita ambil harus berpihak pada murid. Untuk mengambil kepustusan yang tepat kita harus mengacu pada nilai-nilai kebajikan. Maka perlu dalam pengambilan keputusan perlu berpatokan pada rambu-rambu, yaitu: 3 prinsip, 4 paradigma, dan 9 langkah pengujian.

Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sudah sangat baik, namun diperlukan lebih nayak lagi dalam mempelajari contoh-contoh kasus khususnya situasi dilema etika agar dalam pengambilan keputusan yang saya lalukukan sudah tepat. Hal yang saya anggap diluar dugaan adalah ternyata antara bujukan moral dan dilema etika adalah dua situasi yang berbeda.

Sebelum mempelajari modul ini saya sudah pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin. Perrbedaannya adalah sebelumnya saya tidak  menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Dampak positif setelaj mempelajari modul ini saya lebih paham bagaimana seharusnya seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yang tepat. Jika sebelumnya dalam pengambilan kepusan saya hanya mempertimbangkan konsekuensi atau resiko saja, tapi setelah belajar modul ini saya lebih memiliki rambu-rambu dalam pengambilan keputusan.

Menutup tulisan ini, menurut saya sebagai individu terlebih lagi sebagai pemimpin pembelajaran maka sangat penting mempelajari modul ini. Melalui 3.1  ini  saya banyak belajar belajar bagaimana seharusnya kita keputusan dalam situasi bujukan moral maupun dilema etika. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalam.


Senin, 29 Agustus 2022

Aksi Nyata Modul 1.4

 Aksi Nyata Budaya Positif

oleh: Tirto Wiyono, S.Pd.

SDN Duko II Kecamatan Rubaru

Calon Guru Penggerak Angkata 5 Kabupaten Sumenep


A. Latar Belakang

Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid. Peran guru sebagai pemimpin pembelajaran menggerakkan dan memotivasi warga sekolah agar memiliki, meyakini  nilai-nilai kebajikan yang disepakati, sehingga tercipta budaya positif yang berpihak pada murid. Budaya positif merupakan perwujudan dari keyakinan universal yang di terapkan di sekolah yang diharapkan terbangun secara instriksik di dalam diri masing-masing warga sekolah. Maka perlunya peran guru dalam menerapkan restitusi dalam membersamai murid mengatasi masalahnya sendiri serta menepatkan diri pada posisi kontrol guru  sebagai manager.

B. Tujuan

  1. Menerapkan Budaya Positif bagi warga sekolah.
  2. Melaksanakan keyakinan kelas dan keyakinan sekolah sebagai hasil dari kesepakatan warga sekolah.
  3. Menciptakan suasana belajar murid yang menyenangkan tanpa ada perasaan tertekan.
  4. Menciptakan kolaborasi yang aman dan  nayaman bagi seluruh warga 

C. Tolok Ukur

  1. Seluruh warga sekolah merasa nyaman dan aman dalam melaksanakan keyakinan kelas dan keyakinan sekolah.
  2. Terlaksananya Budaya Positif yang mendukung kualitas pembelajaran.
  3. Terjadinya komunikasi yang hangat antar warga sekolah.

D. Linimasa Tindakan yang dilakukan

  • Koordinasi dengan rekan guru.
  • Membuat kesepakatan keyakinan kelas sebagai implemetasi dari Budaya Positif
  • Melaksanakan pengimbasan berupa IHT Budaya Positif.
  • Membuat Laporan Aksi Nyata Budaya Positif

E. Dukungan yang dibutuhkan

  1. Suber Daya Manusia: Rekan guru, murid, dan penjaga sekolah
  2. Bahan dan peralatan: Sound System, Laptop, Proyektor, Banner, ATK, Konsumsi.
  3. Biaya: swadaya CGP

Siswa Kelas VI senang setelah membuat Keyakinan Kelas

Pelaksanaan IHT Budaya Positif di SDN Duko II diikuti seluruh guru

Foto bersama peserta IHT Budaya Positif di SDN Duko II

Demikian artikel  Aksi Nyata Modul. 1.4 Budaya Positif Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Sumenep. Selanjutnya saran dan masukan konstruktif tetap saya harapkan demi perbaikan Aksi Nyata selanjutnya

Kamis, 16 Juni 2022

Jurnal Refleksi Dwimingguan

 Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 1.2

oleh: Tirto Wiyono, S.Pd.

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Sumenep


Pada tugas refleksi dwimingguan modul 1.2 ini saya model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F atau diterjemahkan menjadi 4P.

Facts (Peristiwa)

Momen yang paling penting danmencerahkan pada modul 1.1 adalah saat saya mempelajari bagaimana seharusnyaseorang pendidik dapat menuntun anakagar mencapai keselamatan dan kebahagiaan setingg-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggotamasyarakat. Sedangkan untuk modul 1.2 adalah perlunya seorang pendidik mempunyai nilai guru penggerak, yaitu: berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif, dan inovatif sehingga nantinya dapat menjalankan perannya sebagai guru penggerak dengan baik.

Feelings (Perasaan)

Sebagai Calon Guru Penggerak saya merasa tercerahkan, ada pengetahuan baru yang perlu lebih saya dalami dan saya aplikasikan di kelas. Saya merasa bahagia sekaligus termotivasi karena saya melihat ada harapan di masa depan peserta didik saya.Dengan perasaan tersebut saya tergugah untuk menuntun peserta didik mengembangkan potensi dirinya serta mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupannya.

Findings (Pembelajaran)

Sebelumnya saya berpikir bahwa peran pendidik hanyalah melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sekarang saya berpikir bahwa sebenarnya tugas pendidik itu menghamba pada anak, menuntun anak dan mengembangkan potensi anak sesuai kekuatan kodratnya. Pembelajaran pun harus perpusat pada peserta didik. Pendidik sebagai pelayan bagi peserta didiknya serta memfasilitasi kebutuhan belajarnya. Dan pendidik harus bisa menjadi among dan teladan bagipeserta didiknya.

Future (Penerapan)

Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang adalah: Menguatkan nilai dan peran guru penggerak dalam diri dengan mempelajari modul yang ada serta mengaplikasikan apa yang saya dapatkan dan saya pahami pada kegiatan pembelajaran di kelas maupun kegiatan sekolah. Melakukan kolaborasi dengan murid dan teman sejawat, orang tua murid serta komunitas pendidikan yang lebih luas dalam kegiatan pembelajaran.

Penerapan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik


Kegiatan diskusi kelompok merangsang keaktifan siswa dalam belajar

Pembiasaan berbaris sebelum masuk kelas untuk melatih kedisiplinan


Kegiatan konkret dan rutin yang saya lakukan adalah:

Ø  Mendalami modul dan belajar dari internet.

Ø  Menggunakan metode pembeljaran yang berpusat pada siswa, seperti; diskusi, percobaan, penelitian 

Ø  Merancang media pembelajaran interktif berbasis android.

Ø  Membuat rencana pembelajaran dengan pengguanaan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Ø  Menerapkan pembiasaan pada peserta didik, misalnya berbaris sebelum masuk kelas, membaca doa sebelum memulai pembelajaran, serta menjaga kebersihan.




Kamis, 02 Juni 2022

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN

 

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN

MODUL 1.1

Oleh: TIRTO WIYONO, S.Pd.

CGP 5 KABUPATEN SUMENEP

 

Awal saya mengikuti seleksi Calon Guru Penggerak Angkatan 5, saya termotivasi karena kurangnya pemahaman saya dalam mengaplikasikan teori-teori pendidikan dalam praktik mengajar saya di sekolah. Barangkali dengan mendaftarkan diri menjadi CGP saya dapat menambah ilmu dan pengetahuan baru dalam pendidikan. Beberapa tahapan seleksi yang harus saya ikuti dan pada akhirnya saya dinyatakan lulus seleksi tahap 2 dan berhak untuk mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Sumenep.

Lokakarya Orientasi Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kelas Sumenep 1

    Memulai bergerak, diawali dari mengikuti pembukaan, pre test hingga sampai pada kegiatan tatap muka yaitu Lokakarya Orientasi. Banyak hal baru yang saya dapatkan di antaranya adalah sharing pengalaman sesama teman CGP, masalah-masAlah baru dalam pembelajaran yang tidak saya alami namun dialami oleh teman CGP lainnya.

     Setelah saya mempelajari isi Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, sepertnya saya mulai dapat menarik benang merah antara Materi dan tujuan Pendidikan Guru Penggerak. Hal-hal  pemahaman baru tentang pendidikan dan pembelajaran mulai saya temukan. Banyak hal baru dan berbeda antara apayang saya pelajari pada mudul dengan apa yang sudah saya lakukan selama ini sebagai pendidk.

Apa yang selama ini saya praktikkan dalam pembelajaran ternyata berbeda dengan materi yang saya pelajari pada modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Beberapa hal yang baru saya ketahui bahwa dalam filososfi Ki Hadjar Dewantara, siswa dianalogikan sebagai padi yang kita semai, sementara guru adalah petani. Apabila padi kita rawat dan kita siram, maka padi akan tumbuh subur, begitu juga sebaliknya. Namun padi teTaplah akan tumbuh padi. Jangan berharap padi tumbuh menjadi jagung atau kedelai. Maksud dari analogi tersebut bahwa seorang anak mempunyai kodra alam yang dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilikinya, setiap anak memiliki bakat dan potensi yang berbeda. Maka seorang pendidik seharusnya berhamba pada anak, dalam arti menjadi fasilitator dalam belajaranya. Melayani setiap anak apa yang mereka butuhkan dengan kasih sayang.

Ruang Kolaborasi Modul 1.1 dengan fasilitaor Ibu Elsa Hanani Barus

Hal lain yang baru saya sadari bahwa seorang anak bukanlah kertas putih yang kosong yang bisa kita tulisi. Namun setiap anak adalah kertas yang sudah bertulis samar dan tugas kita adalah menebalkan. Menggali bakat dan potensi yang ada pada setiap anak sehingga dapat berkembang secara optimal. Persepsi baru ini mengubah pola pikir saya terhadap siswa dan bagaimana saya memperlakukannya bukan lagi sebagai kertas kosong.

Selama ini saya menganggap siswa sebagai obyek dalam pembelajaran. Setelah saya pelajari modul 1.1, saya jadi sadar semestinya siswa menjadi subyek dalam pemelajaran. Pembelajaran seharusnya berpuat kepada siswa, bukan guru. Guru melayani, memfasilitasi siswa, semetara siswa belajar sesuai kemauan cara mereka belajar. Bagi siswa SD, dunia mereka dunia bermain, maka menyisipkan atau memadukan peremainan dalam pembelajaran adalah hal yang menarik bagi siswa dan membuat mereka bahagia (well-being).

Konsep-konsep utama yang saya pelajari dan penting dalam filosofi Ki Hadjar Dewantara dalalah menuntun. Menuntun dimaksudkan menuntun terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Saya sebagai  pendidik merasa berkewajiban menuntun setiap siswa untuk mengembangkan potensi dirinya mengembangkan bakat sesuai kodradnya. Kodrat alam setiap anak akan berbeda. Mereka memiliki lingkungan yang berbeda, watak, karakter, bakat, dan potensi yang berbeda. Kita berkewajiban menuntun mereka mengembangkan yang baik dan kita perbaiki dari hal-hal yang tidak baik.

Perubahan yang akan saya lakukan setelah saya mempelajari filosofi Ki Hadjar Dewantara, adalah melakukan perbaikan hai-hal yang selama ini salah. Saya akan membuat perencanaan pembelajaran yang berpihak pada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik yang disertai permainan (game), menggunakan sumber belajar yang ada di sekitar sekolah. Mengaitkan materi pelajaran dengan sosio kultur daerah setempat. Dengan demikian diharapkan belajar siswa menjadi lebih bermakna. Ketercapaian belajar siswa tidak semata-mata dari hasil tapi lebih berorientasi pada proses. Saya menyadari keberagaman latar belakang siswa, watak, karakter, bakat dan potensi setiap anak menjadi perhatian khusus. Sehingga memperlakuukan siswa yang satu dengan siswa lainnya akan berbeda-beda namun tak membedakan kasih sayang kepada setiap mereka. Guru adalah orang tua di sekolah. Memanusiakan manusia adalah hakikat dari.pendidikan. Guru adalah teladan, fasilitator dan motivator bagi siswanya. Maka benarlah jika Ki Hadjar Dewantara menyampaikan semboyannya.,"Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" menjadi pedoman pendidik menjalankan bimbingan kepada siswanya.

***


Selasa, 19 Februari 2019

Aplikasi Pembelajaran untuk Anak Kita

     Kemajuan teknologi informasi sudah tak dapat dielakkan lagi. Berbagai sisi kehidupan manusia sudah tak lepas dari namanya teknologi. Dalam hal ini kemajuan teknologi informatika lebih memegang peran penting dalam mewarnai tingkah laku manusia. Bahkan dari kalangan anak-anak pun, kesehariannya tak lepas dari gadget atau smartphone. Pengaruh gadget yang demikian besar terhadap prilaku anak membuat kita sebagai orangtua semakin khawatir akan pengaruh negatif yang ditimbulkannya. Melarang anak untuk menjauhi gatget bukanlah hal yang mudah. Pengaruh lingkungan, pergaulan dengan teman merupakan faktor yang kuat yang mempengaruhi mereka. 
     Namun kekhawatiran kita tidaklah bijak tanpa mencari solusinya. Salah satu cara kita untuk meminimalisir pengaruh negatif gadget adalah dengan mengimbanginya dengan mencari sisi-sisi positif dari gadget itu sendiri. Ada satu tips untuk orangtua agar anak kita bisa belajar hal yang positif dari gadget yaitu dengan memberinya aplikasi-aplikasi yang bersifat mendidik bahkan kita dapat meberinya game atau aplikasi yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah. Menarik bukan? Kita dapat menemukan berbagai aplikasi yang bagus dan mendidik di Play Store. Namun sayangnya, masih sedikit play store menyediakan aplikasi yang berkaitan dengan materi pelajaran di sekolah.
     Pada tulisan ini saya mencoba menghadirkan aplikasi yang belum ada di play store namun dapat kita instal di smartphone anda. Dan yang pasti aplikasi-aplikasi ini berkaitan dengan pembelajaran di sekolah dan tentunya sangat membantu anak-anak kita dalam belajar. 
  • Aplikasi Lagu-lagu Tematik Kelas I SD, dapat anda unduh di sini

  • Aplikasi Ayo Belajar Ungkapan Kelas I SD (1), dapat anda unduh di sini


     Demikian postingan kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua.

Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018


Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 Tentang KI dan KD Kurikulum 2013 Jenjang SD/MI SMP/MTs SMA/MA diterbitkan dengan pertimbangan bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya pada era digital, perlu menambahkan dan mengintegrasikan muatan informatika pada kompetensi dasar dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah; Status Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 ini adalah Mengubah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Isi Permendikbud Nomor (No) 36 Tahun 2018 adalah tentang Ketentuan KI dan KD untuk semua mata pelajaran pada Jenjang SD/MI, KI dan KD untuk semua mata pelajaran pada Jenjang SMP/MTs, dan KI dan KD untuk semua mata pelajaran pada Jenjang SMA/MA. Ringkasan Isi Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti (KI) Dan Kompetensi Dasar(KD) Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar (SD-MI SMP-MTS) dan Pendidikan Menengah (SMA-MA) adalah sebagai berikut:
1.  Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 2A sebagai berikut:
a.     Muatan informatika pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dapat digunakan sebagai alat pembelajaran dan/atau dipelajari melalui ekstrakurikuler dan/atau muatan lokal.
b.    Muatan informatika pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dimuat dalam kompetensi dasar yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.
2. Lampiran dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 diubah dengan menambahkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Informatika pada SMP/MTs dan SMA/MA.